Minggu, 06 Februari 2011

Saturday, 05 February 2011

KAIRO(SINDO) – Aksi sabotase mewarnai agenda revolusi Mesir yang
memasuki hari ke-12. Pipa gas yang menghubungkan Semenanjung Sinai
Utara di Mesir dan Israel kemarin meledak.

Televisi milik
Pemerintah Mesir dengan mengutip pernyataan seorang pejabat menyatakan
situasi saat ini sangat berbahaya dan ledakan akan terus berlanjut
dari satu titik ke titik lain sepanjang pipa gas tersebut.Peledakan
itu sebagai operasi teroris berskala besar. Sumber militer memaparkan,
tentara Mesir telah berada di lokasi kejadian. “Militer dan aparat
berusaha keras untuk mendekati sumber ledakan dan mencoba
mengendalikan api,”kata sumber tersebut. Pejabat lokal Gaber al-Araby
mengatakan, militer melakukan tindakan untuk mencegah kebakaran
meluas. “Kami belum memiliki laporan tentang bagaimana peristiwa itu
terjadi,”katanya.

Sementara radio Israel yang mengutip
pernyataan seorang pejabat Mesir mengatakan serangan itu dilakukan
kemarin pagi dengan menggunakan sejumlah kecil bahan peledak yang
menimbulkan kerusakan ringan.Kebakaran itu hanya berlangsung tiga jam
dan telah dikendalikan, sementara pasokan gas ke Israel dan Yordania
terhenti. Mesir memang dikenal sebagai pengekspor gas menggunakan
jaringan pipa ke Israel,Yordania,dan negara lain. Jaringan pipa yang
diserang itu mengalirkan gas ke Israel dan Yordania. Israel mengimpor
40% pasokan gasnya dari Mesir sesuai dengan kesepakatan yang dibangun
dengan dasar Pakta Perdamaian 1979.

Belum jelas apakah serangan
itu ada kaitannya dengan protesprotes terhadap Presiden Hosni Mubarak
yang kini memasuki hari ke-12.Kelompok analisis intelijen SITE yang
memonitor Al-Qaeda dan situs Islam radikal lainnya memaparkan beberapa
kelompok gerilyawan Islam menyarankan agar menyerang jaringan pipa gas
ke Israel. Satu kelompok Badui yang bersenjata pada Juni lalu
mengancam akan menyerang pipa saluran itu. Menurut pejabat keamanan,
ancaman tersebut membuat pihak keamanan Mesir meningkatkan keamanan
sekitar pipa saluran dan terminal itu. Sementara itu, dari lapangan
Tahrir, ribuan demonstran masih tetap bertahan di hari ke-12
demonstrasi menuntut Mubarak mundur. Al-Jazeera melaporkan 10.000
orang berkumpul di lapangan tersebut.

Aparat keamanan menjaga
ketat karena tidak ingin terjadi kerusuhan antara kelompok
propemerintah dan antipemerintah. Berdasarkan hasil analisis Bank
Credit Agricole, kerusuhan Mesir yang telah berlangsung lebih dari
satu pekan itu ternyata menimbulkan kerugian sekitar USD310 juta atau
sekitar Rp3 triliun per hari. Para ekonom di Bank Credit Agricole juga
melakukan revisi dalam perhitungan pertumbuhan Mesir tahun ini, dari
5,3% menjadi 3,7%. Credit Agricole mengatakan, kerusuhan bisa membuat
uang mulai mengalir ke luar negeri. Laporan Credit Agricole juga
menyebutkan ketidakpastian politik dan kekerasan memiliki dampak yang
merusak terhadap pendapatan dari sektor pariwisata. Mubarak kemarin
menggelar rapat dengan para menteri untuk menghidupkan kembali
perekonomian yang dilanda gelombang protes antipemerintah.

Dia
pun memerintahkan bank dan pasar saham untuk kembali beroperasi pada
hari Senin (besok). Organisasi HAM Amnesty International meminta agar
pemerintah membebaskan para demonstran yang ditahan. Jumlah orang yang
ditahan di Mesir mencapai puluhan sejak demonstrasi antipemerintah
berlangsung. Diperkirakan mereka berada di kamp 75 milik polisi
militer di Manshiyet el- Bakri di luar Kairo dan tidak dapat
berkomunikasi dengan pihak luar. Sebelumnya Amnesty International
menyebutkan, dua stafnya merupakan bagian dari lima aktivis HAM dan
jurnalis yang dibebaskan oleh polisi militer Mesir setelah ditahan
selama dua hari. “Kami sangat menyambut baik pembebasan staf kami dan
orang-orang yang ditahan,” kata Sekjen Amnesty International Salil
Shetty.

Sementara itu, kekerasan terhadap wartawan masih
terjadi di Mesir. Otoritas Mesir menangkap Kepala Biro Al-Jazeera dan
seorang wartawannya di Kairo. “Petugas keamanan Mesir telah menahan
Kepala Biro Al-Jazeera di Kairo Abdel Fattah Fayed dan wartawan Ahmed
Yousef,” demikian keterangan pers Al-Jazeera.Penangkapan itu terjadi
sehari setelah Al- Jazeeramenyebutkan kantor di ibu kota Mesir dibakar
dan situsnya dibobol hacker.

Obama Tekan Mubarak untuk Mundur


Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kemarin menyatakan
secara implisit keinginannya agar Mubarak mengundurkan diri
secepatnya. “Lebih membanggakan disebut patriot dengan mendengarkan
keputusan rakyat dan mengambil keputusan yang tepat,” kata Obama.
“Saya percaya bahwa Presiden Mubarak peduli terhadap negaranya. Dia
angkuh, tetapi dia adalah seorang patriot,” imbuhnya. Obama meminta
Mubarak untuk mendengarkan apa yang disuarakan rakyat Mesir dan
mengambil langkah ke depan dengan baik.Obama memang tidak dengan jelas
meminta Mubarak untuk mundur secepatnya.

Tak bisa dimungkiri
bahwa Gedung Putih sangat halus menekan Mubarak.Obama pun memainkan
retorika kelas tinggi untuk mendorong Mubarak mundur.Tapi,
sepertinya,Mubarak tetap tuli dan mengabaikan saran Obama. “Pertanyaan
kunci yang harus ia tanyakan kepada dirinya sendiri adalah ‘Bagaimana
saya meninggalkan warisan di mana Mesir mampu melewati periode
transformatif ini’,”kata Obama. Washington telah menyusun sejumlah
skenario dengan politisi Mesir di Kairo.Skenario yang disepakati
adalah meminta pengunduran diri Mubarak.

Harian The New York
Times melaporkan,Washington telah mengajukan skenario kepada Omar
Suleiman, veteran kepala intelijen Mubarak dan sekarang wakil
presiden, untuk memimpin pemerintah transisi. (AFP/Rtr/Al Jazeera/
BBC/andika hm)

Source:Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar