Minggu, 06 Februari 2011

Monday, 07 February 2011

Setelah melakukan roadshow pekan- pekan sebelumnya, penjualan
saham Garuda mulai dilakukan sejakpekanlaludanakanberakhirpekan
ini.Pencatatan saham di bursa akan dilakukan 11 Februari 2011
mendatang. Sebenarnya seberapa prospektif perusahaan penerbangan ini
ke depannya? Garuda mengalami kebangkitan luar biasa dalam beberapa
tahun terakhir. Perusahaan penerbangan Indonesia tersebut barubaru ini
memperoleh titel sebagai most improved airline (perusahaan penerbangan
yang paling banyak mengalami perbaikan) dari Skytrax, lembaga
pengkajian penerbangan udara dunia.

Sebelumnya lembaga yang
sama menghadiahi bintang empat bagi perusahaan tersebut, sedikit di
bawah Singapore Airlines dan Malaysia Airlines. Yang menarik, lembaga
lain yang berbasis di Australia, yaitu Center for Asia Pacific
Aviation (CAPA), bahkan mengumumkan hasil survei yang menarik beberapa
bulan lalu. Lembaga tersebut menempatkan Garuda dengan skor tertinggi,
di atas 8, mengalahkan Singapore Airlines,Cathay Pacific, Malaysian
Airlines,Thai Airways, dan banyak lagi dengan skor yang semuanya di
bawah 8. Bahkan membaca lembar penilaian survei tersebut (score
sheet), ternyata banyak penumpang yang disurvei mengatakan, Garuda
ternyata jauh di atas ekspektasi mereka.

Ada semacam wow
effectdalam penilaian tersebut.Adapun Singapore Airlines banyak
dinilai oleh responden di bawah ekspektasi mereka. Kita tentu sangat
memahami, CAPA, sebagai lembaga independen di Australia, tentu tidak
akan mau mengorbankan reputasinya sekadar untuk menyenangkan Garuda.
Survei tersebut tentu memiliki integritas yang selayaknya.Terlepas
dari pendapat kita masingmasing mengenai kesahihan survei itu, saya
kira kita semua sependapat, kemajuan Garuda memang fenomenal.Di
Jakarta Post,saya mengatakan hal itu sebagai no less than miracoulous.
Tahun 2010 lalu saya melakukan penerbangan dengan Garuda lebih dari 50
kali. Kalau penerbangan tersebut untuk kepentingan dinas perusahaan,
saya menggunakan kelas bisnis.Kalau untuk kepentingan pribadi,saya
menggunakan kelas ekonomi.

Oleh karena itu saya bisa memberikan
penilaian untuk kedua kelas penerbangan tersebut.Dalam lebih dari 50
penerbangan yang saya lakukan, hampir seluruh tempat duduk kelas
ekonomi di berbagai penerbangan umumnya penuh.Kalaupun ada satu dua
yang kosong, barangkali karena pembatalan penumpang pada menit-menit
terakhir. Kelas bisnisnya juga sudah semakin padat. Kita bahkan bisa
menyaksikan hal ini dengan melihat kepadatan Business Lounge Garuda di
Cengkareng maupun di tempat lain meskipun sudah mengalami renovasi dan
perluasan beberapa kali. Saya sering memberi gambaran tentang
suksesnya Garuda dalam mengembangkan jaringannya dengan menggunakan
contoh jalur Jakarta– Pontianak. Saya mengikuti hal ini secara cermat
karena sangat sering saya menggunakan jalur tersebut setiap bulannya.


Jika beberapa tahun lalu pesawat yang tersedia adalah Batavia
Air, Lion Air, Sriwijaya, dan perusahaan penerbangan lain, sejak dua
tahun yang lalu Garuda mulai membuka kembali jalur Jakarta–Pontianak
yang sudah beberapa tahun ditutup. Dimulai dengan satu penerbangan
setiap harinya, hanya dalam jangka beberapa bulan, Garuda meningkatkan
frekuensi penerbangan menjadi dua kali sehari. Bahkan Garuda juga
kembali meningkatkan frekuensi penerbangan menjadi tiga kali sehari
dalam satu tahun yang sama.Jelas ini perkembangan tidak main-main.
Terlebih lagi, pesawat yang digunakan untuk melayani jalur tersebut
semakin besar.

Diawali dengan Boeing 737-500 yang berkapasitas
96 orang, Garuda kemudian meningkatkan kapasitas dengan menggunakan
Boeing 737-300 yang kapasitasnya 110 penumpang. Terakhir Garuda bahkan
menggunakan Boeing 737-400 dengan kapasitas 136 penumpang.Pekan lalu
saya bahkan menggunakan penerbangan ekstra untuk pulang dari Pontianak
ke Jakarta yang mengalami lonjakan penumpang karena perayaan Tahun
Baru Imlek dan Cap Go Meh yang sangat ramai di kota tersebut. Meskipun
kita tidak bisa mengekstrapolasi perkembangan jalur Jakarta–Pontianak
tersebut pada seluruh perkembangan Garuda, saya yakin perkembangan
yang mirip juga terjadi di mana-mana. Jalur Jakarta–Yogyakarta,
Jakarta– Semarang, Jakarta–Surabaya, dan Jakarta–Denpasar jelas
merupakan contoh jalur gemuk yang sangat sukses mendukung perkembangan
Garuda. Bahkan bukan hanya itu.

Baru-baru ini pada saat saya
melakukan check in di Bandara Narita, Jepang, untuk melakukan
perjalanan ke Jakarta, saya dikagetkan oleh antrean yang sangat
panjang bagi penerbangan Garuda jurusan Tokyo–Denpasar. Penumpang yang
sebagian besar masyarakat Jepang sangat antusias melakukan check in
penerbangan tersebut, sebagian di antaranya membawa alat surfing untuk
digunakan di Bali.Saya juga mengalami menjadi minoritas dalam dua kali
penerbangan yang berbeda dari Melbourne dan dari Sydney ke Denpasar di
tengah penumpang Australia yang memadati pesawat Airbus 330-300, baik
di kelas ekonomi maupun di kelas bisnis dari negara tersebut. Pada
akhirnya berbagai pengalaman tersebut tentulah berujung pada kinerja
keuangannya.

Dengan suksesnya banyak jalur yang dilalui oleh
perusahaan penerbangan tersebut,kita bisa memperkirakan, kinerja
keuangan perusahaan tersebut tentu akan mengalami perbaikan.Dalam tiga
tahun terakhir ternyata turn-around sudah dialami oleh perusahaan
penerbangan tersebut.Setelah mengalami kerugian yang menumpuk pada
tahun-tahun sebelumnya, selama tiga tahun terakhir Garuda membukukan
laba lumayan besar. Sementara itu utang perusahaan yang menjadi
warisan dari manajemen sebelumnya ternyata mengalami penurunan yang
tajam. Utang dari ECA, perusahaan leasing pesawat dari Eropa untuk
pembelian 6 buah pesawat Airbus 330-300 yang dibeli tahun 1996,dewasa
ini tinggal kurang dari se-paruhnya dari semula di atas USD800 juta
sebelumnya.

Perubahan radikal juga terjadi dalam hal
peremajaan armada serta penambahan jumlah pesawat. Dewasa ini dengan
hampir 50 pesawat Boeing 737-800 serta 4 buah pesawat Airbus 330-200
yang baru pada hakikatnya rata-rata umur pesawat sudah menurun menjadi
sekitar 8 tahun, mendekati Singapore Airlines. Jika pesawat-pesawat
baru yang sudah dipesan,yaitu baik Boeing 737-800,Boeing 777 ER maupun
juga Airbus 330-200 mulai kembali berdatangan, Garuda pada akhirnya
akan mampu terus meningkatkan kemudaan umur pesawat. Berbagai pesawat
yang baru tersebut akhirnya telah menambah jumlah armada menjadi 86
pesawat saat ini dan akan terus bertambah di bulan-bulan mendatang
menjadi sekitar lebih dari 150 pesawat pada 2015.

Ke
depan,prospek bisnis Garuda rasanya sangat menjanjikan. Kebangkitan
kelas menengah Indonesia (yang dewasa ini menurut Asian Development
Bank telah mencapai 106 juta orang) serta jumlah masyarakat
affluent(di atas kelas menengah) yang menurut perhitungan saya
berjumlah sekitar 30 juta orang, pada akhirnya akan menjadi konsumen
utama perusahaan penerbangan tersebut. Jumlah orang kaya tersebut akan
meningkat dua kali lipat menjadi 60 juta orang pada 2015, sementara
kelas menengah di bawahnya juga akan bertambah meskipun sebagian di
antaranya mengalami kenaikan kelas menjadi kelas affluent.

Oleh
karena itu pilihan Garuda sebagai premium airlinessangat tepat
waktunya dengan kebangkitan kelas menengah dan perekonomian Indonesia
tersebut. Bravo Garuda. Semoga IPO berjalan sukses.(*)

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi

Source:Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar