Selasa, 08 Februari 2011

Friday, 08 September 2006

Ribuan demonstran masih menduduki Lapangan Tahrir, Minggu malam
(6/2),dengan menggunakan selimut dan terpal. Mereka bertekad tidak
akan pergi setelah dua pekan menduduki Tahrir. Pengunjuk rasa duduk di
jalur tank-tank militer yang dikerahkan mengepung lapangan. Demonstran
waspada dengan semua gerakan militer yang dapat didesain untuk
mengusir demonstran. Para aktivis berusaha melumpuhkan Gedung Mugamma
el- Tahrir, jantung birokrasi pemerintahan Mesir. Puluhan pegawai dan
orang-orang yang mengurus berbagai dokumen seperti paspor atau akta
kelahiran tampak khawatir karena demonstran menutup seluruh pintu
masuk.

”Demonstran mencegah kami masuk,” papar Kamal bersama
sekelompok temannya, 20 meter dari pintu masuk gedung. Kompleks
Mugamma yang terdiri atas 14 kementerian dengan 18.000 pegawai itu
menjadi sasaran demonstrasi antirezim Mubarak. ”Karyawan lain datang
lebih pagi dan kembali pulang.Kami akan menunggu dan melihat,”ujar
Kamal yang tampaknya belum menyerah untuk kembali kerja di kompleks
tersebut. Mugamma tutup selama 14 hari unjuk rasa.Aktivitas tampak
kembali normal di jalanan Kairo setelah pemerintah memerintahkan
tank-tank untuk membuka kembali Mugamma dan memundurkan jam malam
harian hingga pukul 7 malam. Surat kabar Al-Ahram kemarin
melaporkan,Mugamma secara parsial dan sementara dibuka kembali pada
Minggu (6/2) saat karyawan dan klien menggunakan pintu masuk bagian
belakang gedung, bukan pintu utama di Lapangan Tahrir.

”Saya
datang kemarin.Para pegawai bekerja dan beberapa orang mengurus
paspor. Hari ini mereka menutupnya,”ujar Ali Mahmud, salah satu
pegawai negeri. Selama bertahun-tahun, Mugamma menjadi simbol rumitnya
birokrasi di Mesir yang mereka rasakan setiap hari. Gedung itu menjadi
latar film komedi 1992 berjudul Terrorism and Kebab yang menyoroti
korupsi pemerintah. Ketegangan di Tahrir kian terasa saat demonstran
menangkap seorang pria yang membawa jeriken bahan bakar dan mencoba
membakar gedung tersebut. Demonstran khawatir disalahkan sebagai
pelaku pembakaran gedung. Pria tersebut lantas diserahkan kepada
tentara yang mengontrol akses menuju Lapangan Tahrir.

Sementara
itu, Presiden Mubarak bertemu dengan Wakil Presiden Mesir Omar
Suleiman,Ketua Parlemen Fathi Surur, dan Kepala Pengadilan Mesir Sari
Siyam.Pada Minggu (6/2), Suleiman berupaya meredam revolusi dengan
mengundang beberapa kelompok oposisi untuk berunding membahas rencana
reformasi demokratis. Suleiman merupakan orang kepercayaan Mubarak dan
kemungkinan bakal menjadi penggantinya mendatang. Menyikapi
perkembangan tersebut, demonstran yang sudah memasuki hari ke-14 unjuk
rasa, kemarin, tidak merasa terkesan. Pengunjuk rasa bertekad tetap
bertahan di Tahrir. Kubu oposisi, termasuk Ikhwanul Muslimin,
mengulangi desakan mereka bahwa Mubarak harus mundur dan segera
mendelegasikan kekuasaan kepada Suleiman. Presiden Amerika Serikat
(AS) Barack Obama menyatakan,Mesir telah berubah selamanya sejak
revolusi jalanan pecah pada 25 Januari.

Obama menyerukan
sebuah pemerintahan representatif di Kairo meski dia tidak mengatakan
langsung agar Mubarak segera mundur. ”Dia tidak mencalonkan diri lagi.
Periode jabatannya berakhir tahun ini,”tegas Obama. Juru Bicara
Pemerintah Mesir Magdi Radi menyatakan,berbagai pihak sepakat untuk
membentuk sebuah komite ahli hukum dan politisi untuk mempelajari dan
mengusulkan amendemen konstitusi serta amendemen legislatif pada pekan
pertama Maret.

SBY Surati Mubarak

Pergolakan di Mesir
terus menjadi perhatian Pemerintah Indonesia. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) bahkan secara khusus mengirim surat kepada Presiden
Mesir Hosni Mubarak. Surat tersebut dikirim melalui utusan khusus
Presiden yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas)
Pengamanan Logistik dan Evakuasi dari Mesir Hassan Wirajuda. ”Sebagai
negara sahabat yang memiliki hubungan baik sejak awal kemerdekaan
Indonesia,saya mengambil inisiatif untuk menulis surat yang saya
tujukan sesungguhnya kepada Pemerintah Mesir,” tandas Presiden SBY
saat konferensi pers di Kantor Presiden kemarin.

Dalam
suratnya,Presiden SBY menyatakan keinginan Indonesia untuk berbagi
pengalaman. Sebagai catatan,pergolakan di Mesir saat ini situasinya
mirip dengan yang terjadi di Indonesia pada 1997 silam saat Presiden
Soeharto didemo besar-besaran dan akhirnya turun dari kursi
kepresidenan. ”Surat itu isinya tiada lain keinginan Indonesia untuk
berbagi pengalaman ketika Indonesia mengalami hal yang kurang lebih
sama kemudian kita berhasil melakukan transisi demokrasi dan kemudian
membawa perubahan tata pemerintahan,”ujarnya. Presiden berharap pesan
dan pandangan serta rekomendasi Indonesia tersebut sampai ke
Pemerintah Mesir. Presiden mengungkapkan, Hassan Wirajuda tengah
mencari celah dan jalan agar surat tersebut sampai ke tangan Mubarak.


Hassan sendiri sudah berangkat ke Mesir pekan lalu. Sementara
itu, kelompok terbang ketiga warga negara Indonesia (WNI) dari Mesir
kemarin tiba di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta,Cengkareng,Banten. Mereka langsung dikirim ke Asrama
Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur. Sebagian besar mereka adalah
mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Mesir. (AFP/Rtr/syarifudin/
maesaroh/isfari hikmat)

Source:Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar