Senin, 21 Maret 2011

Penderita Gangguan Ginjal Berisiko Penyakit Jantung

Metrotvnews.com, Jakarta: Penderita penyakit ginjal
kronik (PGK) memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi terkena
penyakit jantung. Hampir 50 persen penderita ginjal meninggal karena
penyakit jantung.

Karena itu, peringatan Hari Ginjal Sedunia
yang jatuh pada 10 Maret 2011 mengambil tema "Memelihara Ginjal,
Menyelamatkan Jantung" untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat.

"Insiden PGK meningkat 10-13 persen dari populasi
di banyak negara dan jutaan penderita penyakit ginjal saat ini berada
di ambang kematian," kata Prof Dr dr Suhardjono SpPD-KGH, KGer dari
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dalam temu media
memperingati Hari Ginjal Sedunia di Jakarta, Senin
(21/3).

Suhardjono menyebutkan, data Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mencatat 500 juta penduduk dunia menderita penyakit ginjal atau
satu dari 10 penduduk dunia.

Di Indonesia, kondisi PGK semakin
parah karena dari 100 ribu penderita yang diperkirakan memerlukan
terapi pengganti ginjal, sebanyak 90 persen di antaranya tidak
terdeteksi. Hanya 12 ribu penderita penyakit ginjal tahap akhir yang
menjalani terapi dialisis.

Sementara itu, tingginya komplikasi
kardiovaskular pada pasien PGK antara lain disebabkan oleh penyakit
yang mendasarinya. Dua penyebab utama PGK adalah diabetes dan
hipertensi yang juga merupakan faktor risiko tertinggi untuk serangan
jantung.

"Mengontrol tekanan darah merupakan hal penting bagi
pasien dengan penyakit ginjal kronik untuk menghindari serangan
penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal stadium akhir sehingga risiko
hemodialisis dan transplantasi ginjal dapat ditekan," kata dr
Dharmeizas, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal-Hipertensi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam kesempatan yang
sama.

Tekanan darah tinggi dijuluki "silent killer" atau
pembunuh secara diam-diam karena sering kali tidak menunjukkan gejala
pada pengidapnya. Satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti
apakah tekanan darah meningkat adalah dengan mengukurnya karena
kontrol tekanan darah yang baik sangat penting dilakukan untuk
menghindari penurunan fungsi ginjal lebih lanjut yang dapat berakibat
terhadap kerusakan permanen fungsi ginjal.

Apabila sudah
memasuki stadium akhir dari penyakit ginjal, penderita harus
mendapatkan terapi pengganti ginjal yaitu dialisis atau transplantasi
ginjal untuk tetap hidup. Deteksi dini juga dibutuhkan terutama bagi
warga yang memiliki riwayat kesehatan keluarga pernah mengidap
penyakit tersebut.

"Jika memiliki riwayat kesehatan keluarga
pernah mengidap diabetes maupun hipertensi, sejak umur 30 tahun perlu
melakukan deteksi dini dengan periksa darah karena ini tidak bisa
dideteksi sendiri, harus dengan bantuan dokter," kata
Dharmeizer.(Ant/BEY)

Source:Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar