Rabu, 23 Maret 2011

LPIL: Stop Agresi Barat di Libya

Metrotvnews.com, Jakarta: Lembaga Persahabatan
Indonesia Libya (LPIL) yang beranggotakan 12 organisasi Islam di
Indonesia mendesak Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat
menghentikan agresi mereka terhadap Libya.

"LPIL mengutuk dan
menentang keras agresi atas alasan apapun," kata Sekretaris Jenderal
LPIL Mahyuddin Nawawi saat menyampaikan keterangan pers di gedung
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta, Rabu
(23/3).

Dikatakannya, agresi militer, meski dilandasi Resolusi
PBB, akan melahirkan kekerasan, kehancuran infrastruktur, tata
pemerintahan, dan pertumpahan darah di kalangan masyarakat
sipil.

"Tindakan militer akan berakibat fatal untuk bangsa dan
negara yang bersangkutan, sebagaimana yang terjadi di Somalia,
Afghanistan, dan Irak," kata Mahyuddin.

Menurut LPIL, krisis
politik di Libya harus diselesaikan melalui cara-cara politik dan
diplomatik dalam forum perundingan untuk perdamaian, serta menghindari
penggunaan tindakan kekerasan.

LPIL menyeru negara-negara yang
tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), termasuk Indonesia,
mengambil langkah bersama dan proaktif dalam penyelesaian permasalahan
di Libya.

"Sikap Pemerintah Indonesia (terkait persoalan Libya)
sekarang masih kurang tegas," kata KH Said Aqil Siroj, salah satu
Ketua LPIL yang juga Ketua Umum PBNU.

Menurutnya, Indonesia
seharusnya bisa mengambil peran yang lebih strategis, sebagai
penengah, terkait krisis Libya.

Dikatakannya, terlepas dari
persoalan politik, apa yang terjadi di Libya, terutama keterlibatan
militer asing, merupakan tragedi bagi umat Islam.

"Ini tragedi
bagi umat Islam secara keseluruhan, terlepas dari persoalan politik,"
kata Said Aqil.

Ia mencurigai tindakan militer negara Barat
terhadap Libya lebih didasari motif untuk menguasai ladang minyak
daripada untuk menolong rakyat negara itu.

"Permintaan Liga
Arab pada PBB itu untuk menghentikan pesawat Libya agar tidak
menyerang rakyatnya. Tapi, yang terjadi lebih dari itu, sipil juga
jadi korban," katanya.

Sementara terkait tindakan kekerasan
Israel terhadap Palestina, negara-negara Barat justru diam, kalaupun
bereaksi sangat lamban.

"Untuk Palestina reaksinya lambat
karena tidak ada minyak. Untuk Libya ini tujuan utamanya kan menguasai
minyak, seperti di Darfur, Sudan. Qadafi nomor dua," katanya.(Ant/ICH)

Source:Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar